Makalah
Pemikiran dan Gerakan Jama’ah Tabligh
Pemikiran dan Gerakan Jama’ah Tabligh
Makalah Ini DisusunUntuk Memenuhi Tugas Sejarah Pemikiran
dan Gerakan Dakwah
Dosen Pengampu : Muridan
M.Ag
Kelompok
6 :
Bagus
Haykal Fannani (1617102052)
M. Shandika Al Kafi (1617102071)
Monika Yoan Azkiya (1617102074)
Neli Ayu Lestari (1617102077)
M. Shandika Al Kafi (1617102071)
Monika Yoan Azkiya (1617102074)
Neli Ayu Lestari (1617102077)
JURUSANKOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI-B)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PURWOKERTO
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pemikiran dan Gerakan Dakwah Jama’ah Tabligh” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
“Pemikiran dan Gerakan Dakwah Jama’ah Tabligh” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah
SWT
2. Muridan M.Ag.,selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Gerakan Dakwah
Selanjutnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jama’ah Tabligh adalah sebuah jama’ah Islamiyah yang dakwahnya
berpijak pada penyampaian tentang keutanaan-keutamaan Islam kepada setiap
orang, Jama’ah ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan
sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi
bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik.
Secara bahasa, Jama’ah Tabligh adalah
gerakan dakwah Islam dengan tujuan kembali ke ajaran Islam yang kaffah. Tujuan
utama gerakan ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan
kaum muslim.
B. Rumusan
Masalah
1. Sejarah Jam’ah Tabligh
2. Prinsip yang menjadi Asas dakwah Jama’ah
Tabligh
3. Perkembangan Jama’ah Tabligh di Indonesia
BAB II
ISI
A. Sejarah
Jama’ah Tabligh
Jama’ah Tabligh adalah sebuah kelompok
keagamaan yang relatif mudah dikenali karena cara berpakaian mereka. Berpakaian takwa atau koko warna putih dan berkopiah haji putih.
Ada pula yang berpakaian gamis, baju panjang yang biasa dipakai orang arab,
atau berpakaian koko ala Pakistan dan India, tidak berkumis dan berjenggot.
Kelompok ini sering mengunjungi Masjid di penjuru kota dan dan desa serta
tinggal beberapa hari di dalamnya untuk melakukan tabligh. Kegiatan ini mereka
namai khuruj (dakwah keluar). Jama’ah Tabligh sering diplesetkan sebagai Jama’ah
Komporiyyun, atau orang-orang yang kemana-mana membawa kompor. Memang selama
khuruj, anggota JT membawa perlengkapan tidur dan masak ke setiap Masjid yang
disinggahi.[1]
Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir
dekade 1920-an oleh Maulana Muhammad Ilyas Kandhalawi di Melwat, sebuah
provinsi di India. Nama lengkapnya adalah Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma’il
Al-Hanafi Ad-Diyibandi Al-Jisyti. Al-Kandhalawi merupakan asal kata dari
Kandahlah, sebuah desa yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi
adalah nama lain dari Dihli (New Delhi), Ibukota India. Di negara inilah markas
gerakan Jama’ah Tabligh berada. Adapun Ad-Diyubandi adalah asal kata dari
Diyuband, yaitu madrasah terbesar bagi penganut madzhab Hanafi di semenanjung
India. Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada tarekat Al-Jisytiyah, yang
didirikan oleh Mu’inuddin Al-Jisyti.
Jama’ah Tabligh resminya bukan
merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang
menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang tidak memandang
asal-usul madzhab atau aliran pengikutnya. JT juga mengambil ajaran dari
tarekat Jisytiyah, yang berakidah Maturidiyah dan bermadzhab fiqh Hanafi, Naqsabandiyyah, Qadiriyah,
Jisytiyah, dan Sahruwiyah.
Konon, aqidah dan amalan khuruj JT
berasal dari mimpi sang pendiri yaitu Muhammad Ilyas. Dia bermimpi menafsirkan
ayat Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 yang artinya : “Kamu adalah ummat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” Berkata Muhammad Ilyas di dalam
mimpinya itu ada yang mengatakan
kepadanya tentang ayat diatas : “Sesungguhnya engkau (diperintah) untuk keluar
kepada manusia seperti para Nabi.”
Sepeninggal Syeikh Muhammad Ilyas
Kandhalawi kepemimpinan JT diteruskan oleh putranya, Syeikh Muhammad Yusuf
Kandhalawi (1917-1965). Ia dilahirkan di Delhi. Sebagaimana ayahnya dalam
mencari ilmu ia sering berpindah-pindah tempat dan guru sekaligus menyebarkan
dakwah,. Ia wafat di Lahore dan jenazahnya dimakamkan disamping orang tuanya di
Nizhamuddin, Delhi. Kitabnya yang terkenal adalah Amani Akhbar, berupa komentar
kitab Ma’ani Al-Atsar karya Syeikh Thahawi dan Hayat al Shahabah. Beliau meninggalkan seorang putra yang
mengikuti jejak dan langkahnya yaitu Syaikh Muhammad Harun.[2]
B. Prinsip yang
menjadi asas dakwah Jama’ah Tabligh
Dalam Jama’ah ini dikenal enam
prinsip (doktrin) yang menjadi asas dakwahnya, yaitu :
1.
Kalimah agung (syahadat)
2.
Menegakkan Shalat
3.
Ilmu dan dzikir
4.
Memuliakan setiap Muslim
5.
Ikhlas berjuang fisabilillah (keluar/khuruj)
Metode dakwah mereka menempuh jalan berikut:[3]
1.
Sebuah kelompok dari
kalangan Jama’ah, dengan kesadaran sendiri, bertugas melakukan dakwah kepada
penduduk setempat yang dijadikan obyek dakwah. Masing-masing anggota kelompok
tersebut membawa peralatan hidup sederhana dan bekal serta uang secukupnya.
Hidup sederhana merupakan ciri khasnya.
2.
Begitu mereka sampai ke sebuah negeri atau kampung yang hendak
didakwahi, mereka mengatur dirinya sendiri. Sebagian ada yang membersihkan
tempat yang akan ditinggalinya dan sebagian lagi keluar mengunjungi kota,
kampung, pasar dan warung-warung, sambil berdzikir kepada Allah. Mereka
mengajak orang-orang mendengarkan ceramah atau bayan (menurut istilah
Jama’ah).
3.
Jika saat bayan tiba, mereka semua berkumpul untuk
mendengarkannya. Setelah bayan selesai, para hadirin dibagi menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok dipimpin oleh da’i dari Jama’ah. Kemudian
para da’i tersebut mulai mengajari cara berwudhu, membaca fatihah, shalat atau
membaca Al-Qur’an. Mereka membuat halaqat-halaqat seperi itu dan diulanginya
berkali-kali dalam beberapa hari.
4.
Sebelum mereka meninggalkan tempat dakwah, masyarakat setempat
diajak keluar bersama untuk menyampaikan dakwah ke tempat lain. Beberapa orang secara
sukarela menemani mereka selama satu sampai 3 hari atau sepekan, bahkan ada
yang sampai satu bulan. Semua itu dilakukan sesuai dengan kemampuan
masing-masing sebagai realisasi
firman Allah:
“Kalianlah
sebaik-baik ummat yang ditampilkan ke tengah-tengah manusia.” (QS. Ali Imran:
110)
5.
Mereka menolak undangan walimah (kenduri) yang
diselenggarakan penduduk setempat. Tujuannya agar tidak terganggu oleh
masalah-masalah diluar dakwah dan dzikir serta amal perbuatan mereka tulus
karena Allah semata.
6.
Dalam materi dakwah, mereka tidak memasukkan ide penghapusan
kemungkaran. Sebab, mereka meyakini bahwa sekarang ini masih berada dalam tahap
pembentukan kondisi kehidupan yang Islami. Perbuatan mendobrak kemungkaran,
selain sering menimbulkan kendala dalam perjalanan dakwah mereka, juga membuat
orang lari.
7.
Mereka berkeyakinan, jika pribadi-pribadi telah diperbaiki satu
persatu, maka secara otomatis kemungkarankan hilang.
8.
Keluar, tabligh dan dakwah merupakan pendidikan praktis untuk
menempa seorang da’i. Sebab seorang da’i harus dapat menjadi qudwah dan
harus konsisten dengan dakwahnya.
Mereka memandang taqlid kepada mazhab tertentu adalah
wajib. Konsekuensinya mereka melarang ijtihad dengan alasan sekarang ini
tidak ulama yang memenuhi syarat sebagai seorang mujtahid.
Beberapa
Catatan dan Manfaat yang Dapat Diambil
Mereka memperluas diri secara horizontal-kuantitatif. Tetapi mereka
lemah dalam mencapai keunggulan kualitatif. Sebab mencapai keunggulan
kualitatif memerlukan pemeliharaan dan ketekunan yang berkesinambungan. Inilah
yang tidak dimiliki Jama’ah Tabligh. Sebab, orang yang mereka dakwahi
belum tentu akan nereka jumpai sekali lagi. Malah tidak jarang orang yag telah
mereka dakwahi kembali lagi ke dalam kehidupan semula yang penuh gemelap dan
kemewahan.
Orang-orang yang mereka dakwahi tidak
diikat dalam satu struktur organisasi yang rapi. Ikatan lebih dititik beratkan
kepada semacam kontak antar pribadi dengan da’i yang berlandaskan saling
pengertian dan cinta kasih.
Dalam kontek penegakan hukum Islam dalam
kehidupan nyata dan dalam menghadapi aliran-aliran berfikir yang telah
mengerahkan segala potensi dan kemampuan untuk merusak dan memerangi Islam dan
ummatnya, gerakan mereka sama sekali tidak memadai.
Pengaruh dakwahnya lebih membekas secara
jelas kepada para pengurus Masjid. Sedangkan para kepada orang-orang yang sudah
mempunyai pemikiran dan ideologi
tertentu, hampir-hampir pengaruhnya tidak ada.
Dapat juga dikatakan bahwa mereka
mengambil Islam sebagian dan meninggalkan sebagiannya. Memilah-milah hakikat
Islam jelas bertentangan dengan watak Islam yang utuh.
Akar
Pemikiran dan Sifat Ideologinya
Jam’ah Tabligh adalah
jamaah Islam yang sumber utamanya adalah Qur’an dan Sunnah. Sedangkan
thareqatnya Ahlussunnah wa al-Jama’ah.
Jama’ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawuf dan thareqat seperti
thareqat Jusytiyyah di India. Mereka mempunyai pandangan khusus terhadap tokoh-tokoh tasawuf dalam masalah
pendidikan dan pengarahan.
Diantara mereka ada yang berkeyakinan
bahwa pemikirannya diambil dari Jama’ah al-Nour di Turki.
C.
Perkembangan Jama’ah Tabligh di Indonesia
Di Indonesia, Jama’ah Tabligh
berkembang sejak 1952, dibawa oleh rombongan dari India yang dipimpin oleh
Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai marak pada awal 1970-an. Mereka menjadikan
masjid sebagai pusat aktivitasnya.
Tak
jelas berapa jumlah mereka, karena secara statistik memang susah dihitung.
Tetapi yang jelas, mereka ada dimana-mana diseluruh penjuru Nusantara.
Berdasarkan
informasi dari beberapa aktivis keagamaan Jama’ah Tabligh dan pejabat
setempat,pendekatan yang mereka lakukan kepada masyarakat yang dianggap
melakukan kemaksiatan dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan cara bujuk
rayu yang sifatnya secara lemah lembut dan dalam waktu yang relatif singkat
sekitar 3 bulan – 1 tahun, ada juga hanya beberapa minggu dan beberapa hari.
Keberadaan Jama’ah Tabligh di lingkungan masyarakat sangat disegani dan
dipatuhi oleh mereka ketimbang petugas aparat yang mereka anggap galak dan
dengan cara kekerasan.
Setiap hari Kamis, sekitar 2000
laki-laki berkumpul di Masjid tua Kebon Jeruk,Jakarta Barat. Yang hadir tidak
hanya dari Jakarta,melainkan juga dari luar Jakarta. Umumnya mereka membawa
tas-tas besar berisi pakaian dan perbekalan lainnya.[4]
BAB III
KESIMPULAN
Dari
berbagai informasi yang berhasil dihimpun, diperoleh kesimpulan yang dipandang
penting, sebagai berikut :
1.
Gerakan Jama’ah Tabligh mulai dikenalkan oleh Syeikh Maulana
Muhammad Ilyas di Mewat dekat New Delhi India pada tahun 1926.
2.
Berkembangnya gerakan ini di Indonesia bermula dari kedatangan
rombongan kecil juru dakwah yang berasal dari India pada tahun 1960an dan awal
1970an.
3.
Jama’ah Tabligh terbentuk atas dasar persamaan dan ikatan
aspiratif, tidak mempunyai anggota tetap, tidak memiliki organisasi dan tidak
terdaftar secara resmi di pemerintah. Masjid adalah pusat kegiatan dan markas
dakwah.
4.
Cara dakwah mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain. Pimpinan rombongan mereka diambil berdasarkan senioritas.
5.
Ajaran pokoknya adalah kalimah thayyibah (laa ilaaha illallah)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan
Paham Keagamaan Transnasional di Indonesia, Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta,2011, hal.137
Wakhid Sugiyarto, Direktori Kasus-kasus Aliran,Pemikiran,Paham,dan Gerakan-gerakan Keagamaan di Indonesia, Maloho Jaya Abadi Press, Jakarta,2010, hal.183
[1] Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional di
Indonesia, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, Jakarta,2011, hal.137
[2]Wakhid Sugiyarto, DIrektori Kasus-kasus
Aliran,Pemikiran,Paham,dan Gerakan-gerakan Keagamaan di Indonesia, Maloho
Jaya Abadi Press, Jakarta,2010, hal.183
[3] A. Najiyulloh, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Al Ishlahy
Press, Jakarta, 1995, hal. 76
0 komentar:
Post a Comment