Tuesday, June 6, 2017

Pemikiran dan Gerakan Jama’ah Tabligh



Makalah
Pemikiran dan Gerakan Jama’ah Tabligh




Makalah Ini DisusunUntuk Memenuhi Tugas Sejarah Pemikiran dan Gerakan Dakwah
Dosen Pengampu : Muridan M.Ag

Kelompok 6 :
Bagus Haykal Fannani (1617102052)
M. Shandika Al Kafi (1617
102071)
 Monika Yoan Azkiya (1617102074)

Neli Ayu Lestari (1617102077)

JURUSANKOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI-B)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2017

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pemikiran dan Gerakan Dakwah Jama’ah Tabligh” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Allah SWT
2.   Muridan M.Ag.,selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Gerakan Dakwah

Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.


       
                                                                                                                                Penyusun









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Jama’ah Tabligh adalah sebuah jama’ah Islamiyah yang dakwahnya berpijak pada penyampaian tentang keutanaan-keutamaan Islam kepada setiap orang, Jama’ah ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik.
            Secara bahasa, Jama’ah Tabligh adalah gerakan dakwah Islam dengan tujuan kembali ke ajaran Islam yang kaffah. Tujuan utama gerakan ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan kaum muslim.

B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah Jam’ah Tabligh
2.      Prinsip yang menjadi Asas dakwah Jama’ah Tabligh
3.      Perkembangan Jama’ah Tabligh di Indonesia








BAB II
ISI

A.   Sejarah Jama’ah Tabligh
Jama’ah Tabligh adalah sebuah kelompok keagamaan yang relatif mudah dikenali karena cara berpakaian mereka. Berpakaian takwa atau koko warna putih dan berkopiah haji putih. Ada pula yang berpakaian gamis, baju panjang yang biasa dipakai orang arab, atau berpakaian koko ala Pakistan dan India, tidak berkumis dan berjenggot. Kelompok ini sering mengunjungi Masjid di penjuru kota dan dan desa serta tinggal beberapa hari di dalamnya untuk melakukan tabligh. Kegiatan ini mereka namai khuruj (dakwah keluar). Jama’ah Tabligh sering diplesetkan sebagai Jamaah Komporiyyun, atau orang-orang yang kemana-mana membawa kompor. Memang selama khuruj, anggota JT membawa perlengkapan tidur dan masak ke setiap Masjid yang disinggahi.[1]
            Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana Muhammad Ilyas Kandhalawi di Melwat, sebuah provinsi di India. Nama lengkapnya adalah Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma’il Al-Hanafi Ad-Diyibandi Al-Jisyti. Al-Kandhalawi merupakan asal kata dari Kandahlah, sebuah desa yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi adalah nama lain dari Dihli (New Delhi), Ibukota India. Di negara inilah markas gerakan Jama’ah Tabligh berada. Adapun Ad-Diyubandi adalah asal kata dari Diyuband, yaitu madrasah terbesar bagi penganut madzhab Hanafi di semenanjung India. Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada tarekat Al-Jisytiyah, yang didirikan oleh Mu’inuddin Al-Jisyti.
            Jama’ah Tabligh resminya bukan merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul madzhab atau aliran pengikutnya. JT juga mengambil ajaran dari tarekat Jisytiyah, yang berakidah Maturidiyah dan bermadzhab  fiqh Hanafi, Naqsabandiyyah, Qadiriyah, Jisytiyah, dan Sahruwiyah.
            Konon, aqidah dan amalan khuruj JT berasal dari mimpi sang pendiri yaitu Muhammad Ilyas. Dia bermimpi menafsirkan ayat Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 yang artinya : “Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” Berkata Muhammad Ilyas di dalam mimpinya  itu ada yang mengatakan kepadanya tentang ayat diatas : “Sesungguhnya engkau (diperintah) untuk keluar kepada manusia seperti para Nabi.”
            Sepeninggal Syeikh Muhammad Ilyas Kandhalawi kepemimpinan JT diteruskan oleh putranya, Syeikh Muhammad Yusuf Kandhalawi (1917-1965). Ia dilahirkan di Delhi. Sebagaimana ayahnya dalam mencari ilmu ia sering berpindah-pindah tempat dan guru sekaligus menyebarkan dakwah,. Ia wafat di Lahore dan jenazahnya dimakamkan disamping orang tuanya di Nizhamuddin, Delhi. Kitabnya yang terkenal adalah Amani Akhbar, berupa komentar kitab Ma’ani Al-Atsar karya Syeikh Thahawi dan Hayat al Shahabah. Beliau meninggalkan seorang putra yang mengikuti jejak dan langkahnya yaitu Syaikh Muhammad Harun.[2]

B.     Prinsip yang menjadi asas dakwah Jama’ah Tabligh
            Dalam Jama’ah ini dikenal enam prinsip (doktrin) yang menjadi asas dakwahnya, yaitu :
1.      Kalimah agung (syahadat)
2.      Menegakkan Shalat
3.      Ilmu dan dzikir
4.      Memuliakan setiap Muslim
5.      Ikhlas berjuang fisabilillah (keluar/khuruj)





Metode dakwah mereka menempuh jalan berikut:[3]
1.    Sebuah kelompok  dari kalangan Jama’ah, dengan kesadaran sendiri, bertugas melakukan dakwah kepada penduduk setempat yang dijadikan obyek dakwah. Masing-masing anggota kelompok tersebut membawa peralatan hidup sederhana dan bekal serta uang secukupnya. Hidup sederhana merupakan ciri khasnya.
2.    Begitu mereka sampai ke sebuah negeri atau kampung yang hendak didakwahi, mereka mengatur dirinya sendiri. Sebagian ada yang membersihkan tempat yang akan ditinggalinya dan sebagian lagi keluar mengunjungi kota, kampung, pasar dan warung-warung, sambil berdzikir kepada Allah. Mereka mengajak orang-orang mendengarkan ceramah atau bayan (menurut istilah Jama’ah).
3.    Jika saat bayan tiba, mereka semua berkumpul untuk mendengarkannya. Setelah bayan selesai, para hadirin dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok dipimpin oleh da’i dari Jama’ah. Kemudian para da’i tersebut mulai mengajari cara berwudhu, membaca fatihah, shalat atau membaca Al-Qur’an. Mereka membuat halaqat-halaqat seperi itu dan diulanginya berkali-kali dalam beberapa hari.
4.    Sebelum mereka meninggalkan tempat dakwah, masyarakat setempat diajak keluar bersama untuk menyampaikan dakwah ke tempat lain. Beberapa orang secara sukarela menemani mereka selama satu sampai 3 hari atau sepekan, bahkan ada yang sampai satu bulan. Semua itu dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing sebagai realisasi firman Allah:
“Kalianlah sebaik-baik ummat yang ditampilkan ke tengah-tengah manusia.” (QS. Ali Imran: 110)
5.    Mereka menolak undangan walimah (kenduri) yang diselenggarakan penduduk setempat. Tujuannya agar tidak terganggu oleh masalah-masalah diluar dakwah dan dzikir serta amal perbuatan mereka tulus karena Allah semata.
6.    Dalam materi dakwah, mereka tidak memasukkan ide penghapusan kemungkaran. Sebab, mereka meyakini bahwa sekarang ini masih berada dalam tahap pembentukan kondisi kehidupan yang Islami. Perbuatan mendobrak kemungkaran, selain sering menimbulkan kendala dalam perjalanan dakwah mereka, juga membuat orang lari.
7.    Mereka berkeyakinan, jika pribadi-pribadi telah diperbaiki satu persatu, maka secara otomatis kemungkarankan hilang.
8.    Keluar, tabligh dan dakwah merupakan pendidikan praktis untuk menempa seorang da’i. Sebab seorang da’i harus dapat menjadi qudwah dan harus konsisten dengan dakwahnya.

Mereka memandang taqlid kepada mazhab tertentu adalah wajib. Konsekuensinya mereka melarang ijtihad dengan alasan sekarang ini tidak ulama yang memenuhi syarat sebagai seorang mujtahid.

Beberapa Catatan dan Manfaat yang Dapat Diambil

       Mereka memperluas diri secara horizontal-kuantitatif. Tetapi mereka lemah dalam mencapai keunggulan kualitatif. Sebab mencapai keunggulan kualitatif memerlukan pemeliharaan dan ketekunan yang berkesinambungan. Inilah yang tidak dimiliki Jama’ah Tabligh. Sebab, orang yang mereka dakwahi belum tentu akan nereka jumpai sekali lagi. Malah tidak jarang orang yag telah mereka dakwahi kembali lagi ke dalam kehidupan semula yang penuh gemelap dan kemewahan.
       Orang-orang yang mereka dakwahi tidak diikat dalam satu struktur organisasi yang rapi. Ikatan lebih dititik beratkan kepada semacam kontak antar pribadi dengan da’i yang berlandaskan saling pengertian  dan cinta kasih.
       Dalam kontek penegakan hukum Islam dalam kehidupan nyata dan dalam menghadapi aliran-aliran berfikir yang telah mengerahkan segala potensi dan kemampuan untuk merusak dan memerangi Islam dan ummatnya, gerakan mereka sama sekali tidak memadai.
       Pengaruh dakwahnya lebih membekas secara jelas kepada para pengurus Masjid. Sedangkan para kepada orang-orang yang sudah mempunyai pemikiran  dan ideologi tertentu, hampir-hampir pengaruhnya tidak ada.
       Dapat juga dikatakan bahwa mereka mengambil Islam sebagian dan meninggalkan sebagiannya. Memilah-milah hakikat Islam jelas bertentangan dengan watak Islam yang utuh.



Akar Pemikiran dan Sifat Ideologinya
       Jam’ah Tabligh adalah jamaah Islam yang sumber utamanya adalah Qur’an dan Sunnah. Sedangkan thareqatnya Ahlussunnah wa al-Jama’ah.
       Jama’ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawuf dan thareqat seperti thareqat Jusytiyyah di India. Mereka mempunyai pandangan khusus  terhadap tokoh-tokoh tasawuf dalam masalah pendidikan dan pengarahan.
       Diantara mereka ada yang berkeyakinan bahwa pemikirannya diambil dari Jama’ah al-Nour di Turki.


C.    Perkembangan Jama’ah Tabligh di Indonesia
            Di Indonesia, Jama’ah Tabligh berkembang sejak 1952, dibawa oleh rombongan dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai marak pada awal 1970-an. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat aktivitasnya.
Tak jelas berapa jumlah mereka, karena secara statistik memang susah dihitung. Tetapi yang jelas, mereka ada dimana-mana diseluruh penjuru Nusantara.
            Berdasarkan informasi dari beberapa aktivis keagamaan Jama’ah Tabligh dan pejabat setempat,pendekatan yang mereka lakukan kepada masyarakat yang dianggap melakukan kemaksiatan dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan cara bujuk rayu yang sifatnya secara lemah lembut dan dalam waktu yang relatif singkat sekitar 3 bulan – 1 tahun, ada juga hanya beberapa minggu dan beberapa hari. Keberadaan Jama’ah Tabligh di lingkungan masyarakat sangat disegani dan dipatuhi oleh mereka ketimbang petugas aparat yang mereka anggap galak dan dengan cara kekerasan.
            Setiap hari Kamis, sekitar 2000 laki-laki berkumpul di Masjid tua Kebon Jeruk,Jakarta Barat. Yang hadir tidak hanya dari Jakarta,melainkan juga dari luar Jakarta. Umumnya mereka membawa tas-tas besar berisi pakaian dan perbekalan lainnya.[4]
BAB III
KESIMPULAN

Dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun, diperoleh kesimpulan yang dipandang penting, sebagai berikut :
1.      Gerakan Jama’ah Tabligh mulai dikenalkan oleh Syeikh Maulana Muhammad Ilyas di Mewat dekat New Delhi India pada tahun 1926.
2.      Berkembangnya gerakan ini di Indonesia bermula dari kedatangan rombongan kecil juru dakwah yang berasal dari India pada tahun 1960an dan awal 1970an.
3.      Jama’ah Tabligh terbentuk atas dasar persamaan dan ikatan aspiratif, tidak mempunyai anggota tetap, tidak memiliki organisasi dan tidak terdaftar secara resmi di pemerintah. Masjid adalah pusat kegiatan dan markas dakwah.
4.      Cara dakwah mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pimpinan rombongan mereka diambil berdasarkan senioritas.
5.      Ajaran pokoknya adalah kalimah thayyibah (laa ilaaha illallah)









DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional di Indonesia, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta,2011, hal.137

Wakhid Sugiyarto, Direktori Kasus-kasus Aliran,Pemikiran,Paham,dan Gerakan-gerakan Keagamaan di Indonesia, Maloho Jaya Abadi Press, Jakarta,2010, hal.183

A. Najiyulloh, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Al-Ishlahy Press, Jakarta, 1995


[1] Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional di Indonesia, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta,2011, hal.137
[2]Wakhid Sugiyarto, DIrektori Kasus-kasus Aliran,Pemikiran,Paham,dan Gerakan-gerakan Keagamaan di Indonesia, Maloho Jaya Abadi Press, Jakarta,2010, hal.183
[3] A. Najiyulloh, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Al Ishlahy Press, Jakarta, 1995, hal. 76
[4] Ibid., hal.149


0 komentar:

Post a Comment